Rabu, 01 Januari 2014

sejarah Kongregasi Budi Mulia - Bangka sebelum tahun 1945 . oleh Br.Wulfram dan Br.Ethelbert . (bagian pertama)



Bangka. ... Sejarah Keuskupan Pangkal - Pinang berawal dalam tahun 1830 dan ditandai dengan banyak jatuh bangun . Sangatlah menarik bahwa daerah Misi ini tidak dimulai oleh salah seorang misionaris , tetapi oleh seorang Cina Katolik :paulus Tsen On NGie , yang menyandang nama permandiannya "Paulus"itu dengan penuh hormat , sebab diapun membuktikan kegiatan dan semangat yang serupa dengan pelindungnya . (1)

Ia dilahirkan di daratan Cina sekitar tahun 1795 , berimigrasi ke Malaka dan dalam tahun 1827 dia dipermandikan di Pulau Pinang .Beberapa tahun kemudian dia berangkat dari sana ke Bangka , lalu tinggal di Sungai Selan sebagai penjual obat obatan Cina . Dia tidak hanya setia kepada imannya , tetapi juga berusaha giat mempropagandakan imannya itu , terutama di kalangan kuli kuli tambang Cina (2)

Berkat pendidikannya yg lebih maju , tetapi terutama berkat semangat kerasulannya yg sejati dia mendapat kepercayaan dari kaum imigran Cina itu . Dengan peti obat obatannya di punggung dia menjelajahi seluruh pulau itu , mengajar orang orang sakit dan mempermandikan orang orang yg hampir mati . Dan kalau dia berada di rumahnya di Sungaiselan , dia mengumpulkan orang orang . Di muka sebuah altar kecil buatan sendiri , yg dihiasi dengan gambar gambar kudus , dia berdoa bersama mereka menggunakan doa doa dari buku doanya dan sambil berdoa itu dia mengajarkan kebenar benaran agama . Dengan semangat On Ngie merindukan datangnya seorang iman yg dapat mempermandikan para katekumennya.(3)

Tetapi dimana bisa mendapatkan seorang iman? Pada suatu hari dia mendengardari seorang Eropa yg bekerja di tambang timah , bahwa di Jakarta ada pastur pastur dan malahan ada seorang Uskup. Maka iapun menulis surat ke Jakarta dan orang menerima beritanya itu dengan gembira .Demikianlah datang Pastor Claessens ( kemudian Vikaris Apostolik Jakarta ) , dalam bulan Juli 1849 ke Bangka dan mempermandikan 50 orang dewasa ( orang orang Cina) . Dan dalam perjalanan tugas yg berikut dalam tahun 1851, dia mendapatkan lagi 24 dewasa yg sudah disiapkan oleh On Ngie untuk dipermandikan .(4)

Suatu kegembiraan besar bagi orang orang Kristen Baru itu dalam tahun 1853 mereka sudah mendapat seorang pastur tetap dalam diri Pastur Langenhoff dari Roemond yang datang ke Jakarta dalam tahun 1851 Sudah jelaslah bahwa Pastor itu menetap di Sungaiselan, dekat rumah On Ngie dan tempat tinggal kebanyakan orang Kristen (5)

Dengan demikian Sungaiselan beruntung menjadi stasi pertama di Hindia Belanda untuk orang orang bukan Eropa. Dia seorang Pastor penuh kegiatan , tetapi sayang dia terlalu kurang memperhatikan diri dan penyakit yg selalu berulang datang dan memaksa dia meninggalkan Misinya dan kembali Eropa untuk selamanya , sesudah 14 tahun dengan setia berkarya . (6)

Selama 14 tahun itu dia dengan sepenuhnya mengenal dan mengalami suka dan duka seorang misionaris perintis : duka dalam bentuk perlawanan dan fitnah , sikap tidak tahu terima kasih dan murtad , tetapi juga kegembiraan . Selama waktu itu dia dapat mempermandikan 600 orang Cina , memberkati 47 pernikahan . Dan sebagai bukti yg lebih yg lebih kentara tentang kegiatannya penuh prakarsa dia meninggalkan untuk Bangka : dua buah sekolah untuk anak anak laki laki dan satu sekolah untuk anak perempuan dengan bahasa Cina sebagai bahasa pengantar dan satu buah rumah jompo dan empat buah gereja kecil yg dibangunnya .Salah satu gereja itu , yaitu di Belinyu masih tetap dipakai. (7)

Sesudah keberangkatannya selama hampir empat tahun Bangka tidak tidak mempunyai Pastor . Dalam tahun 1871 Pastor Joh.de Vries S.J ditunjuk untuk Sungaiselan . Sampai tahun 1899 masih ada lima pater Yesuit yg mencurahkan tenaga mereka terbaik untuk misi di Bangka . Sayang sekali tidak ada hasil yg bertahan . Memang setiap tahun tercatat cukup besar jumlah orang orang yg bertobat , tetapi mereka semuanya kaum imigran , yg sesudah beberapa tahun , kembali lagi ke Cina dan kalaupun tinggal mereka itu bujangan , tanpa isteri atau anak anak , sehingga tidak pernah membentuk suatu jemaat yang tetap . Selalu orang orang baru yg tidak menetap.(8)

Dalam tahun 1899 Mgr.W.J.Staal yg sendiri pernah menjadi Pastor di Sungaiselan selama 10 tahun mengambil keputusan menutup Misi di Bangka .Suatu keputusan yg pasti sangatlah mahal baginya , tetapi setidak tidaknya dapat dibenarkan dan pada akhirnya akan ternyata bahwa keputusan itu lebih menguntungkan Misi daripada merugikan (9)

Dari tahun 1899 sampai 1913 Bangka tetap tidak mempunyai seorang pastor tetap . Samapi sejauh itu misi Bangka merupakan sesuatu yg istimewa di Hindia Belanda , yaitu bahwa misi itu seluruhnya Misi orang Cina , sebab penduduk Cina yg banyak jumlahnya itu memang memberikan harapan langsung akan masa depan. Penduduk pribumi Indonesia belum bisa dipegang oleh Misi waktu itu (10)

Di Bangka terdapat dua kelompok orang Cina , yg sangat berbeda satu dengan yg lain : orang orang Cina yg lahir disini , disebut peranakan dan kaum imigran atau singkeh . Maka jelaslah bahwa Tsen On Ngie , yg sendiri termasuk singkeh , mulai bekeja di kaum di kalangan kaum imigran dan di kalangan kaum peranakan boleh dikatakan ia tidak mempunyai pengaruh . Lagi pula kaum peranakan waktu itu merupakan suatu kelompok yg cukup tidak berarti . Oleh karena itulah Misi di Bangka meupakan Misi singkeh , suatu pekerjaan yg hanya melayani kuli kuli tambang .Memang tidak pernah kaum elite Cina yg datang ke Bangka hendak bekerja di tambang timah disana . Dan oleh karena selama bertahun tahun itu keadaan tidak menjadi lebih baik , maka dapatlah dimengerti bahwa Katolikisme mendapat julukan sebagai suatu agama , yg hanya baik unyuk kuli kuli , untuk itu semua orang lain harus merasa malu. (11)

Nama julukan itu tetap berlaku , sampai Prefektur Apostolik Sumatera didirikan , yg meliputi juga Bangka , dan dalam tahun 1913 Pater Kapusin yg pertama , Pater Remigius van Hoof datang dan menetap di Sungaiselan. Dari Misi yg dahulu tidak ada lagi sesuatu yg tersisa , kecuali beberapa gereja kecil yg sudah rusak dan sekelompok kecil orang Katolik yg sudah menjadi liar , yg oleh teladan hidup mereka yg jelek lebih banyak merugikan Misi daripada menguntungkan .Pastor van Hoof segera melihat , bahwa dia harus mencari masa depan Misi di kalangan kaum peranakan. Di kalangan orang orang dewasa belum bisa diharapkan keberhasilan . Dia harus mulai dengan kaum muda.Sebab itu dia membuka sebuah sekolah kecil , Hollands-Chinese School yg pertama di Bangka , yg cepat sekali mendapat murid banyak sekali .Banyak di antara anak anak itu ingin sekali dipermandikan , tetapi orangtua tidak mau tahu menahu (12)

Bagi Pastor van Hoof semakin jelas , bahwa Sungaiselan bukanlah tempat bagus untuk memulai karyanya .Namun julukan lama sebagai agama kuli paling kuat disana dan tambahan lagi tempat itu mati , bukan hanya sebagai stasi Misi melainkan juga sebagai tempat tinggal .Dengan berpindahnya tambang tambang , tempat itu kehilangan artinya yg lama sebagai pusat orang Cina. Maka pada akhir tahun 1919 stasi Sungaiselan dipindahkan ke Sambong , sebuah kampung Cina kira kira 8 kilometer dari tempat utama Pangkal Pinang .Tempat itu memang bukan tempat yg ideal , terlalu terpencil dan tidak ada tempat didekatnya yg berpenduduk padat . Tetapi ada untungnya juga , bahwa Pastor bisa memulai dengan bangunan bangunan kayu yg sederhana .Maka Misi Bangka untukkedua kalinya mulai disini (13)

Pada 27 Desember 1923 Prefektur Apostolik Bangka dan Belitung didirikan dan dipercaya kepada Pater Pater Hati Kudus Yesus dan Maria .Selaku Prefek Apostolik yg pertama diangkat Pater Theodosius Herkenrath , yg datang dari daerah Misi di Hawaii . Bersama beliau tibalah pada 14 Agustus 1924 Pater Mayer dan Van Soest dan Br.G.Jeanson dan Br.Antinius de Bruyns. Mereka disambut dipelabuhan Muntok dengan penuh antusiasme oleh umat Katolik Muntok yg memperlihatkan daftar 70 orang Katolik . Keesokan harinya berangkatlah mereka ke Sambong , 145 km dari Muntok dan tiba disana sudah larut malam . Pator Verbrugge Cap. menyambut kedatangan mereka dengan sebuah lampu minyak tanah kecil . Hari hari berikutnya dimanfaatkannya untuk memperlihatkan kepada mereka situasi daerah Misi itu . Sesudah itu berangkatlah imam Kapusin yg terakhir itu , kembali ke Prefektur yg lama di Medan. (14)

Pangkal Pinang sebagai tempat utama di pulau itu dan tempat kedudukan pemerintah , dengan sendirinya ditunjuk menjadi stasi utama . Tidak adanya tempat yg cocok dan lebih lebih lagi kurangnya dana , merupakan alasan bahwa baru dalam tahun 1931 stasi utama di Sambong ditutup dan dipindahkan ke Pangkal Pinang . (15) 

Mgr.Herkenrath yg ingin sekali kembali ke stasi misinya yg lama di Hawaii diganti oleh Mgr.Vitus Bouma dalam bulan Juli 1928 . Beliau tiba di Bangka permulaan tahun 1927 . Pendapat Pastor van Hoof Cap untuk membuka sekolah sekolah dan asrama disetujui oleh pater pater yg baru . Sudah dalam bulan Oktober 1925 datang Suster suster Dina Kanak Kanak Ilahi ke Muntok dan membuka sebuah Hollands-Chinese School dan sebuah Taman kanak kanak dan setahun kemudian sebuah asrama untuk anak anak perempuan . Dalam tahun 1929 Belinyu mendapat pastor sendiri . Gereja kecil yg lama diperbaiki . Suatu permulaan yg sangat sederhana . Pastor tidak mempunyai apa apa kecuali kamar tua dibelakang gereja , yg dahulu hanya dipakai waktu perjalanan tugas . Sakristi berfungsi sebagai kamar tidur . Sebuah bangunan darurat kecil dari kayu memberi kesempatan kepada Pastor membuka sebuah sekolah kecil . Sesudah dua tahun terjadilah perubahan , sebab waktu itu suster suster yg sama dari Muntok mengambil alih sekolah itu dan memulai juga sebuah rumah yatim piatu.(16)

Dalam tahun 1932 Pastor Bakker membuka sebuah sekolah di Pangkal Pinang untuk anak laki laki . Untuk itu Mgr.Bouma menyuruh membangun sebuah gedung yg besar , sebab beliau berharap , akan dapat juga memperoleh bruder bruder di dalam Prefekturnya . Kepada mereka nanti dapat ditawarkan sebuah gedung yg baik (17)

Semenjak berdirinya Prefektur Misi Berkarya terutama di kalangan penduduk Cina yg sudah menetap . Mereka ini bukan lagi kuli kuli tambang yg sederhana dan miskin , melainkan terutama saudagar saudagar dan petani petani yg berada , yg hanya memikirkan kehidupan jasmani mereka dan sama sekali tidak membuka diri untuk urusan urusan rohani . Maka pentobatan di kalangan orang orang dewasa juga jarang sekali .(18) . **selesai

Tidak ada komentar: