Bangka. ... Sejarah Keuskupan Pangkal - Pinang berawal dalam
tahun 1830 dan ditandai dengan banyak jatuh bangun . Sangatlah menarik bahwa
daerah Misi ini tidak dimulai oleh salah seorang misionaris , tetapi oleh
seorang Cina Katolik :paulus Tsen On NGie , yang menyandang nama permandiannya
"Paulus"itu dengan penuh hormat , sebab diapun membuktikan kegiatan
dan semangat yang serupa dengan pelindungnya . (1)
Ia dilahirkan di daratan Cina sekitar tahun 1795 ,
berimigrasi ke Malaka dan dalam tahun 1827 dia dipermandikan di Pulau Pinang
.Beberapa tahun kemudian dia berangkat dari sana ke Bangka , lalu tinggal di
Sungai Selan sebagai penjual obat obatan Cina . Dia tidak hanya setia kepada
imannya , tetapi juga berusaha giat mempropagandakan imannya itu , terutama di
kalangan kuli kuli tambang Cina (2)
Berkat pendidikannya yg lebih maju , tetapi terutama berkat
semangat kerasulannya yg sejati dia mendapat kepercayaan dari kaum imigran Cina
itu . Dengan peti obat obatannya di punggung dia menjelajahi seluruh pulau itu
, mengajar orang orang sakit dan mempermandikan orang orang yg hampir mati .
Dan kalau dia berada di rumahnya di Sungaiselan , dia mengumpulkan orang orang
. Di muka sebuah altar kecil buatan sendiri , yg dihiasi dengan gambar gambar
kudus , dia berdoa bersama mereka menggunakan doa doa dari buku doanya dan
sambil berdoa itu dia mengajarkan kebenar benaran agama . Dengan semangat On
Ngie merindukan datangnya seorang iman yg dapat mempermandikan para
katekumennya.(3)
Tetapi dimana bisa mendapatkan seorang iman? Pada suatu hari
dia mendengardari seorang Eropa yg bekerja di tambang timah , bahwa di Jakarta
ada pastur pastur dan malahan ada seorang Uskup. Maka iapun menulis surat ke
Jakarta dan orang menerima beritanya itu dengan gembira .Demikianlah datang
Pastor Claessens ( kemudian Vikaris Apostolik Jakarta ) , dalam bulan Juli 1849
ke Bangka dan mempermandikan 50 orang dewasa ( orang orang Cina) . Dan dalam
perjalanan tugas yg berikut dalam tahun 1851, dia mendapatkan lagi 24 dewasa yg
sudah disiapkan oleh On Ngie untuk dipermandikan .(4)
Suatu kegembiraan besar bagi orang orang Kristen Baru itu
dalam tahun 1853 mereka sudah mendapat seorang pastur tetap dalam diri Pastur
Langenhoff dari Roemond yang datang ke Jakarta dalam tahun 1851 Sudah jelaslah
bahwa Pastor itu menetap di Sungaiselan, dekat rumah On Ngie dan tempat tinggal
kebanyakan orang Kristen (5)
Dengan demikian Sungaiselan beruntung menjadi stasi pertama
di Hindia Belanda untuk orang orang bukan Eropa. Dia seorang Pastor penuh
kegiatan , tetapi sayang dia terlalu kurang memperhatikan diri dan penyakit yg
selalu berulang datang dan memaksa dia meninggalkan Misinya dan kembali Eropa
untuk selamanya , sesudah 14 tahun dengan setia berkarya . (6)
Selama 14 tahun itu dia dengan sepenuhnya mengenal dan
mengalami suka dan duka seorang misionaris perintis : duka dalam bentuk perlawanan
dan fitnah , sikap tidak tahu terima kasih dan murtad , tetapi juga kegembiraan
. Selama waktu itu dia dapat mempermandikan 600 orang Cina , memberkati 47
pernikahan . Dan sebagai bukti yg lebih yg lebih kentara tentang kegiatannya
penuh prakarsa dia meninggalkan untuk Bangka : dua buah sekolah untuk anak anak
laki laki dan satu sekolah untuk anak perempuan dengan bahasa Cina sebagai
bahasa pengantar dan satu buah rumah jompo dan empat buah gereja kecil yg
dibangunnya .Salah satu gereja itu , yaitu di Belinyu masih tetap dipakai. (7)
Sesudah keberangkatannya selama hampir empat tahun Bangka
tidak tidak mempunyai Pastor . Dalam tahun 1871 Pastor Joh.de Vries S.J
ditunjuk untuk Sungaiselan . Sampai tahun 1899 masih ada lima pater Yesuit yg
mencurahkan tenaga mereka terbaik untuk misi di Bangka . Sayang sekali tidak
ada hasil yg bertahan . Memang setiap tahun tercatat cukup besar jumlah orang
orang yg bertobat , tetapi mereka semuanya kaum imigran , yg sesudah beberapa
tahun , kembali lagi ke Cina dan kalaupun tinggal mereka itu bujangan , tanpa
isteri atau anak anak , sehingga tidak pernah membentuk suatu jemaat yang tetap
. Selalu orang orang baru yg tidak menetap.(8)
Dalam tahun 1899 Mgr.W.J.Staal yg sendiri pernah menjadi
Pastor di Sungaiselan selama 10 tahun mengambil keputusan menutup Misi di
Bangka .Suatu keputusan yg pasti sangatlah mahal baginya , tetapi setidak
tidaknya dapat dibenarkan dan pada akhirnya akan ternyata bahwa keputusan itu
lebih menguntungkan Misi daripada merugikan (9)
Dari tahun 1899 sampai 1913 Bangka tetap tidak mempunyai
seorang pastor tetap . Samapi sejauh itu misi Bangka merupakan sesuatu yg
istimewa di Hindia Belanda , yaitu bahwa misi itu seluruhnya Misi orang Cina ,
sebab penduduk Cina yg banyak jumlahnya itu memang memberikan harapan langsung
akan masa depan. Penduduk pribumi Indonesia belum bisa dipegang oleh Misi waktu
itu (10)
Di Bangka terdapat dua kelompok orang Cina , yg sangat
berbeda satu dengan yg lain : orang orang Cina yg lahir disini , disebut
peranakan dan kaum imigran atau singkeh . Maka jelaslah bahwa Tsen On Ngie , yg
sendiri termasuk singkeh , mulai bekeja di kaum di kalangan kaum imigran dan di
kalangan kaum peranakan boleh dikatakan ia tidak mempunyai pengaruh . Lagi pula
kaum peranakan waktu itu merupakan suatu kelompok yg cukup tidak berarti . Oleh
karena itulah Misi di Bangka meupakan Misi singkeh , suatu pekerjaan yg hanya
melayani kuli kuli tambang .Memang tidak pernah kaum elite Cina yg datang ke
Bangka hendak bekerja di tambang timah disana . Dan oleh karena selama bertahun
tahun itu keadaan tidak menjadi lebih baik , maka dapatlah dimengerti bahwa
Katolikisme mendapat julukan sebagai suatu agama , yg hanya baik unyuk kuli
kuli , untuk itu semua orang lain harus merasa malu. (11)
Nama julukan itu tetap berlaku , sampai Prefektur Apostolik
Sumatera didirikan , yg meliputi juga Bangka , dan dalam tahun 1913 Pater
Kapusin yg pertama , Pater Remigius van Hoof datang dan menetap di Sungaiselan.
Dari Misi yg dahulu tidak ada lagi sesuatu yg tersisa , kecuali beberapa gereja
kecil yg sudah rusak dan sekelompok kecil orang Katolik yg sudah menjadi liar ,
yg oleh teladan hidup mereka yg jelek lebih banyak merugikan Misi daripada
menguntungkan .Pastor van Hoof segera melihat , bahwa dia harus mencari masa
depan Misi di kalangan kaum peranakan. Di kalangan orang orang dewasa belum
bisa diharapkan keberhasilan . Dia harus mulai dengan kaum muda.Sebab itu dia
membuka sebuah sekolah kecil , Hollands-Chinese School yg pertama di Bangka ,
yg cepat sekali mendapat murid banyak sekali .Banyak di antara anak anak itu
ingin sekali dipermandikan , tetapi orangtua tidak mau tahu menahu (12)
Bagi Pastor van Hoof semakin jelas , bahwa Sungaiselan
bukanlah tempat bagus untuk memulai karyanya .Namun julukan lama sebagai agama
kuli paling kuat disana dan tambahan lagi tempat itu mati , bukan hanya sebagai
stasi Misi melainkan juga sebagai tempat tinggal .Dengan berpindahnya tambang
tambang , tempat itu kehilangan artinya yg lama sebagai pusat orang Cina. Maka
pada akhir tahun 1919 stasi Sungaiselan dipindahkan ke Sambong , sebuah kampung
Cina kira kira 8 kilometer dari tempat utama Pangkal Pinang .Tempat itu memang
bukan tempat yg ideal , terlalu terpencil dan tidak ada tempat didekatnya yg
berpenduduk padat . Tetapi ada untungnya juga , bahwa Pastor bisa memulai
dengan bangunan bangunan kayu yg sederhana .Maka Misi Bangka untukkedua kalinya
mulai disini (13)
Pada 27 Desember 1923 Prefektur Apostolik Bangka dan
Belitung didirikan dan dipercaya kepada Pater Pater Hati Kudus Yesus dan Maria
.Selaku Prefek Apostolik yg pertama diangkat Pater Theodosius Herkenrath , yg
datang dari daerah Misi di Hawaii . Bersama beliau tibalah pada 14 Agustus 1924
Pater Mayer dan Van Soest dan Br.G.Jeanson dan Br.Antinius de Bruyns. Mereka
disambut dipelabuhan Muntok dengan penuh antusiasme oleh umat Katolik Muntok yg
memperlihatkan daftar 70 orang Katolik . Keesokan harinya berangkatlah mereka
ke Sambong , 145 km dari Muntok dan tiba disana sudah larut malam . Pator
Verbrugge Cap. menyambut kedatangan mereka dengan sebuah lampu minyak tanah
kecil . Hari hari berikutnya dimanfaatkannya untuk memperlihatkan kepada mereka
situasi daerah Misi itu . Sesudah itu berangkatlah imam Kapusin yg terakhir itu
, kembali ke Prefektur yg lama di Medan. (14)
Pangkal Pinang sebagai tempat utama di pulau itu dan tempat
kedudukan pemerintah , dengan sendirinya ditunjuk menjadi stasi utama . Tidak
adanya tempat yg cocok dan lebih lebih lagi kurangnya dana , merupakan alasan
bahwa baru dalam tahun 1931 stasi utama di Sambong ditutup dan dipindahkan ke
Pangkal Pinang . (15)
Mgr.Herkenrath yg ingin sekali kembali ke stasi misinya yg
lama di Hawaii diganti oleh Mgr.Vitus Bouma dalam bulan Juli 1928 . Beliau tiba
di Bangka permulaan tahun 1927 . Pendapat Pastor van Hoof Cap untuk membuka
sekolah sekolah dan asrama disetujui oleh pater pater yg baru . Sudah dalam
bulan Oktober 1925 datang Suster suster Dina Kanak Kanak Ilahi ke Muntok dan
membuka sebuah Hollands-Chinese School dan sebuah Taman kanak kanak dan setahun
kemudian sebuah asrama untuk anak anak perempuan . Dalam tahun 1929 Belinyu
mendapat pastor sendiri . Gereja kecil yg lama diperbaiki . Suatu permulaan yg
sangat sederhana . Pastor tidak mempunyai apa apa kecuali kamar tua dibelakang
gereja , yg dahulu hanya dipakai waktu perjalanan tugas . Sakristi berfungsi
sebagai kamar tidur . Sebuah bangunan darurat kecil dari kayu memberi
kesempatan kepada Pastor membuka sebuah sekolah kecil . Sesudah dua tahun
terjadilah perubahan , sebab waktu itu suster suster yg sama dari Muntok
mengambil alih sekolah itu dan memulai juga sebuah rumah yatim piatu.(16)
Dalam tahun 1932 Pastor Bakker membuka sebuah sekolah di
Pangkal Pinang untuk anak laki laki . Untuk itu Mgr.Bouma menyuruh membangun
sebuah gedung yg besar , sebab beliau berharap , akan dapat juga memperoleh
bruder bruder di dalam Prefekturnya . Kepada mereka nanti dapat ditawarkan
sebuah gedung yg baik (17)
Semenjak berdirinya Prefektur Misi Berkarya terutama di
kalangan penduduk Cina yg sudah menetap . Mereka ini bukan lagi kuli kuli
tambang yg sederhana dan miskin , melainkan terutama saudagar saudagar dan
petani petani yg berada , yg hanya memikirkan kehidupan jasmani mereka dan sama
sekali tidak membuka diri untuk urusan urusan rohani . Maka pentobatan di
kalangan orang orang dewasa juga jarang sekali .(18) . **selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar