Rabu, 01 Januari 2014

sejarah Kongregasi Budi Mulia -Sungailiat- sekolah , sebelum tahun 1945 . oleh Br.Wulfram dan Br.Ethelbert . (bagian keempat) )



Di dalam konsep persetujuan Mgr.Bouma sudah memberikan garis-garis yg paling baik dapat diikuti bruder-bruder . Pertama golongan Cina yg kurang lebih elite dan kemudianyg kurang mampu . Sebagai tokoh yg selalu melangkah maju dan lebih dahulu dan dengan kepercayaan besar kepada Kongregasi bruder-bruder . Monsinyur sudah membuka sebuah sekolah di Sungailiat dalam bulan Mei 1936 dipimpin oleh seorang pastor. Bruder-bruder yg dijiwai dengan semangat Bapa Pendiri , supaya berpaling kepada kaum miskin memang mendengarkan himbauan Monsinyur dan menjawabnya juga.  Mulai 1 Agustus 1935 Br.Gualbertus dilepaskan oleh Pangkal Pinang supaya mulai di Sungailiat . Oleh Monsinyur  telah disewa sebuah rumah tinggal orang Cina yg dapat dipergunakan sebagai gereja sekolah dan rumah tinggal untuk pastor dan bruder (1) 

Permulaannya  sederhana sekali , sebuah kamar besar dengan tiga tembok bata merupakan ruang sekolah yg pertama . Permulaan sudah dimulai , sekolah mempunyai 20 orang , terbagi atas satu kelas pendahuluan dan satu kelas pertama . (2)

Tetapi di sini kita mesti berurusan dengan kepercayaan sia-sia orang Cina. Suatu aksi dilancarkan menentang Misi . Kalau ada anak-anak yg mau masuk sekolah misi , mereka berurusan dengan kebiasaan agama dan adat istiadat Cina. Orang masih ingat akan “ular kotok” dari Pangkal Pinang . Upacara upacara dan  adat ini harus tetap hidup , orang tua dan nenek moyang mereka selalu melakukan hal hal yg serupa  , dan oleh karenanya menjadi suatu  kewajiban suci bagi keturunan mereka memelihara dan mempertahankan tradisi tradisi itu.  Sedikit di luar Sungailiat tinggallah sebuah keluarga , yg menurut perasaan umum penduduk , memiliki kuasa yg lebih tinggi . Pada suatu hari , masih pagi sekali , dibuatlah api di halaman rumah keluarga itu yg panjangnya kira kira 20 meter  dan lebar 1 meter . Orang-orang yg lewat dan melihat itu , berdiri diam sebentar dan mengerti…. (3)

Segenap penduduk Cina diberitahu dan semua orang keluar hendak menghadiri upacara yg jarang terjadi ini. Di dekat api itu bertimbunlah kayu api , yg terus ditambah dengan yg baru  , sebab setiap orang ingin memberikan bagiannya untuk upacara ini . Dengan kipas di tangan api itu terus dikobarkan , supaya nyalanya tetap tinggi . Tiga bersaudara dari keluarga itu duduk di muka altar persembahan dan sambil membuat gerak-gerik yg khidmat dan doa doa berbisik mereka mempersembahkan dupa. Sesudah beberapa  saat ketiganya berdiri sementara orang-orang yg hadir saling bergandengan tangan , berjalan mengelilingi api itu . Orang yg berjalan di depan , memikul semacam kursi dengan tiga kaki . Perabot ini akan memberikan mereka tanda , pada saat manakah mereka tanpa dihalangi bisa berjalan melalui api itu . Orang banyak yg menonton terus saja berdatangan. Pada suatu saat tertentu kursi itu “menarik” tiga serangkai itu melalui api . Dengan  kaki telanjang mereka berjalan melalui api. (4)

Tidak terdengar jeritan kesakitan . Dan setelah melintasi jalan sepanjang 20 meter di atas bara kayu yg berpijar itu tidak seorangpun dari mereka yg mengalami luka sedikitpun. Tanpa cedera keluarlah mereka dari dalam nyala api itu . Baru saja ketiga perintis itu melewati nyala api itu , seluruh orang banyak yg hadir itu mengikuti jalan mereka . Mereka juga berjalan melewati nyala api itu tetapi tidak mendapat luka sedikitpun . Menurut keyakinan mereka yg kuat membaja , tiap orang bisa melewati api itu , akan  memperoleh keuntungan di dalam hidupnya . Akibatnya memang segera kelihatan. Dari duapuluh orang murid yg sudah mendaftarkan diri , tidak sampai lima orang lagi yg masuk.  Bruder dan pastur  menghadapi kelas kosong . Maka mengertilah orang bahwa di sini orang berurusan dengan kekuatan-kekuatan demon . Tetapi keberanian tidak hilang , mereka mengetahui  bahwa mereka berada di sini demi kepentingan Allah dan bahwa pada akhirnya mereka akan menang.  Satu hal mutlak perlu , misi harus mengusahakan membangun sebuah sekolah yg pantas . Hal itu pasti akan mendapat perhatian orang Cina , yg terkenal bersifat materialistis. (5)

Sesudah beberapa minggu , ketika peristiwa berjalan di dalam api itu sudah kurang lebih dilupakan orang , murid murid toh datang kembali . Dan perlu permulaan tahun sekolah berikutnya sudah ada lebih daripada 50 orang anak disekolah itu . Sekarang datang lagi seorang bruder baru ialah Br.Richardus , yg kendati tidak memiliki ijazah guru taman kanak kanak , telah mengurus kelas permulaan di Pangkal Pinang dengan baik sekali , sekarang akan membantu perkembangan sekolah yg baru ini dengan pengalaman-pengalamannya itu. Dalam tahun 1937 datanglah Br.Justinianus menambah jumlah bruder (6)

Kelas kelas memang tidak besar tetapi ada untungnya bahwa bruder-bruder secara intens dapat menyibukkan diri dengan membimbing anak anak itu , sehingga tidak ada yg tahan kelas dan semuanya mendapat rapor yg baik . Dan kenyataan ini akhirnya lebih banyak berbicara kepada para orang tua daripada “api keramat” itu , meskipun ada juga yg mengatakan  :”Anak-anak saya berhasil baik , sebab saya sudah berjalan melalui api itu “ . Jadi tiap orang menilai keadaan semaunya. (7)

Bruder-bruder yg tinggal bersama pastor , masih tetap termasuk anggota biara Pangkal Pinang . Tiap hari Sabtu sesudah waktu sekolah mereka pulang , guna menghayati biara di sana , dan hari Minggu malam kembali lagi ke tempat tugas mereka sendiri . Lambat laun keadaan demikian memberatkan, oleh karena pengangkutan waktu itu bukan yg terbaik dan jalan jalan berlekak-lekuk dan penuh lubang  , sama sekali tidak memungkinkan perjalanan yg menyenangkan. (8)

Maka mulailah orang merindukan kehidupan biara sendiri dan lebih lebih lagi karena pastoran sudah menjadi terlalu kecil dan sekolah perlu sekali diperluas . Tambahan pula bruder-bruder ingin lebih banyak yg menyumbangkan tenaga mereka untuk pembinaan kaum muda di luar sekolah dalam satu bentuk kegiatan kaum muda. Maka disusunlah rencana rencana dan terjadilah surat-menyurat  berulangkali ke negeri Belanda mengenai pembangunan sebuah gedung sekolah dan sebuah rumah bruder sendiri.  Sebidang tanah yg luas dibeli , meskipun tidak terletak di dalam kota  , dapat dicapai dengan gampang oleh murid-murid . Pada 26 Novemper  1937 tibalah  persetujuan untuk pembangunan itu ( 9)

Biro arsitek Fermont-Cuypers di Jakarta mengurus gambar bangunan dan Br.Antonius SSCC akan melaksanakan  pekerjaan itu  . Pada 3 Mei 1938  bangunan itu sudah sekian jauh selesai sehingga dapat didiami . Pada 20 Agustus  1938 menyusul pengangkatan Br.Gualbertus sebagai pemimpin pos misi kita yg ketiga di Bangka dan yg ke-7 di Indonesia.  Selanjutnya biara itu anggotanya sendiri atas Br.Richardus , Justinianus , dan sebagai yg keempat datanglah Br.Bernardino . Sekolah itu sekarang mempunyai satu kelas  pendahuluan dan empat kelas yg paling rendah dengan jumlah murid sekitar 120 orang. (10)

Upacara pemberkatan berlangsung pada Hari Pendiri kita 25 November dan sebagai santu pelindung dilipih santu Bernadus , sebagai penghargaan terhadap Br.Provinsial Bernadus , yg selama masa jabatannya telah berbuat banyak sekali untuk misi Bangka. Upacara itu dihadiri banya peminat . Kesatria Salib dan Pengawal Muda dari Pangkal Pinang membentuk barisan kehormatan. Monsinyur  mengatakan : “sekolah merupakan suatu bagian tetapi suatu suku cadang karya misi yg penting . Karena itu patutlah saya menyampaikan ucapan selamat bukan hanya kepada bruder-bruder , melainkan juga kepada saya sendiri dan seluruh misi Bangka dengan berdirinya sekolah ini “. Monsinyur juga menyampaikan terima kasih kepada Pemimpin Provinsial para bruder yg memungkinkan pembangunan sekolah ini . Juga pernyataan terima kasih disampaikan kepada Br.Antonius yg telah menyumbangkan tenaganya yg terbaik untuk oembangunan ini , sebab secara keseluruhan bangunan itu menjadi bagus dan pantas. (11)

Kehidupan sekolah sekarang dapat dilanjutkan dengan normal . Seusai waktu sekolah bruder-bruder menyibukkan diri dengan kaum muda, melalui pelajaran pelajaran, kelab kelab berbagai kegiatan , memberikan kesempatan belajar , kunjungan rumah dan sebagainya… (12)

Tidak hanya sekolah  mengalami kemajuan , juga gereja . Kalau pada permulaan hanya sebuah ruangan kecil beberapa meter persegi  yg cukup besar untuk menampung orang-orang datang beribadat pada hari Minggu , segeralah dirasa perlu membangun sebuah ruangan yg lebih besar , yg juga ternyata cepat sekali menjadi terlalu kecil. Jumlah orang-orang yg ditobatkan cukup banyak , sehingga mulai dipikirkan pembangunan sebuah gedung yg lebih besar , atau lebih tepat sebuah gedung gereja yg sebenarnya .  Semuanya berjalan begitu lancar sehingga kita tidak menginginkan lain kecuali supaya keadaan itu berlangsung terus . Tetapi jalan Allah selalu bukan jalan kita. (13)

Dalam bulan Juli 1939 dikirim berita ke Jakarta bahwa Br.Pemimpin jatuh sakit . Tidak berapa lama kemudian diterima kabar bahwa Br.Gualbertus harus kembali ke tanah air dan bahwa Br. Laurentius ikut sebagai pengantar . Mereka akan berangkat melalui Jakarta . Pada 3 September tibalah mereka di Priok. (14)

Br.Pemimpin Salvator mengira akan bertemu dengan seorang sesama  saudara yg sakit parah  karena itu datang menjemputnya dengan sebuah ambulans. Dia menjadi terheran heran ketika melihat Br.Gualbertus berdiri di geladak kapal sambil tertawa riang . Tidak ada kesan sama sekali bahwa dia menderita sakit berat . Suasana yg agak ramai dan gembira itu ternyata cepat menghilang , yg sebagian terbesar dibuatnya sendiri (15).

Kalau kita mau membantu dia untuk sesuatu , dia langsung menantang : “Apa kamu kira , saya tidak sakit . Lihat saja , makan baik…” dan ketika malam hari ada Pujian dan bruder organis tidak ada di rumah , dia langsung pergi duduk dibelakang harmonium dan mengiringi lagu lagu pujian. (16)

Tetapi setelah itu dia menjadi letih dan kehabisan tenaga . Tetapi malam itu dilewatkannya dengan tenang . Keesokan harinya diadakan pemeriksaan yg meletihkan . Dan sekarang kita bisa melihat bahwa kesan pertama tidak benar . Para dokter menarik kesimpulan bahwa pasien itu tidak akan lama lagi , barangkali tiga empat minggu saja. (17)

Perjalanan ke Eropa tidak bisa dipikirkan lagi , sebab harus melewati Tanjung Pengharapan di Afrika oleh karena perang yg semakin mengancam . Ketika dia diberitahu secukupnya mengenai keadaannya , berita itu tentu saja sangat berat baginya . Akan tetapi segeralah dia bisa menguasai diri sepenuhnya dan dengan sikap pasrah yg rendah hati mempersembahkan hidupnya kepada Allah . (18)

Selama masa sakitnya itu tetaplah ia menjadi teladan yg membangun bagi saudara saudaranya . Dia ingin selekasnya saja menerima sakramen-sakramen terakhir “ Sekarang pikiran saya masih wajar , sebentar mungkin tidak lagi “. Suatu upacara yg sungguh mengharukan pada 8 September. Bruder-bruder dari Jakarta yg berdiri sekelilingnya , semua sangat terkesan (19)

Di dalam semua rumah surga dibanjiri doa-doa semoga bruder iti disembuhkan . Banyak novena kepada Bapa Pendiri diadakan . Banyak kali kita berpikir bahwa doa doa kita akan terkabul , sebab setiap kali bruder-bruder yg kembali dari kunjungan ke rumah sakit, selalu dikatakan keadaan pasien kita baik sekali. (20)

Sr.Fredirique yg merawatnya sangat memuji dia  “Saya sungguh sungguh mengagumi ketaatan  serta kesederhanaannya , sikap pasrah dan keberanian menerima korban . Dia memang orang yg luar biasa. Kalau ada satu hari sakitnya berkurang , berkatalah ia sambil tertawa :” Sayang sekali suster” . Maka saya patut mengucapkan selamat kepada Kongregasi , dapat memiliki seorang anggota seperti itu “.  Perlahan-lahan keadaannya mundur  . Pada 26 November pagi-pagi sekali datang berita : Gualbertus keadaan gawat sekali , lekas datang . Maka kamipun cepat kesana . Pasien menjadi sadar lagi dan malah melucu melihat kecemasan kami . Tetapi  sesudah tengah hari  keadaannya menjadi mundur dengan cepat . Pukul lima lewat sedikit ia mengambil rosarionya , mengatup kedua tangannya dan beberapa saat kemudian menyerahkan jiwanya kembali kepada Tuhan. (21)

Dengan perhatian besar sekali jenazahnya dimakamkan keesokan harinya . Semoga dia beristirahat dalam abadi  .(22)

Sakitnya Br.Gualbertus diikuti dengan penuh perhatian dan belarasa oleh biara di Sungailiat , dan mengakibatkan sedikit perubahan . Br.Hermenigild menjadi pemimpin di Sungailiat , Br.Richardus menjadi Pemimpin di Pangkal Pinang . Pada 31 Agustus tibalah Br.Licinius di Sungailiat . Biara itu kini beranggotakan  : Br. Hermenigild , Br.Symphronius , Br.Justinianus , Br.Simplicianus dan Br.Josephus. Sekolah berjalan terus , kegiatan kaum muda berkembang , bruder-bruder belajar . Dengan demikian semua mempunyai tugas harian yg sibuk . Terutama sekolah meminta banyak perhatian sebab belum disamakan , dan orang sedang bersiap siap untuk inspeksi . Pada akhir 1941 semua persiapan sudah sedemikian jauh sehingga diajukan permohonan supaya sekolah itu diinspeksi . Tetapi terpaksalah kini menunggu masa yg lebih baik . (23)  *selesai

Tidak ada komentar: