Di dalam konsep persetujuan
Mgr.Bouma sudah memberikan garis-garis yg paling baik dapat diikuti
bruder-bruder . Pertama golongan Cina yg kurang lebih elite dan kemudianyg
kurang mampu . Sebagai tokoh yg selalu melangkah maju dan lebih dahulu dan
dengan kepercayaan besar kepada Kongregasi bruder-bruder . Monsinyur sudah
membuka sebuah sekolah di Sungailiat dalam bulan Mei 1936 dipimpin oleh seorang
pastor. Bruder-bruder yg dijiwai dengan semangat Bapa Pendiri , supaya
berpaling kepada kaum miskin memang mendengarkan himbauan Monsinyur dan
menjawabnya juga. Mulai 1 Agustus 1935
Br.Gualbertus dilepaskan oleh Pangkal Pinang supaya mulai di Sungailiat . Oleh
Monsinyur telah disewa sebuah rumah
tinggal orang Cina yg dapat dipergunakan sebagai gereja sekolah dan rumah
tinggal untuk pastor dan bruder (1)
Permulaannya sederhana sekali , sebuah kamar besar dengan
tiga tembok bata merupakan ruang sekolah yg pertama . Permulaan sudah dimulai ,
sekolah mempunyai 20 orang , terbagi atas satu kelas pendahuluan dan satu kelas
pertama . (2)
Tetapi di sini kita mesti
berurusan dengan kepercayaan sia-sia orang Cina. Suatu aksi dilancarkan
menentang Misi . Kalau ada anak-anak yg mau masuk sekolah misi , mereka
berurusan dengan kebiasaan agama dan adat istiadat Cina. Orang masih ingat akan
“ular kotok” dari Pangkal Pinang . Upacara upacara dan adat ini harus tetap hidup , orang tua dan
nenek moyang mereka selalu melakukan hal hal yg serupa , dan oleh karenanya menjadi suatu kewajiban suci bagi keturunan mereka
memelihara dan mempertahankan tradisi tradisi itu. Sedikit di luar Sungailiat tinggallah sebuah
keluarga , yg menurut perasaan umum penduduk , memiliki kuasa yg lebih tinggi .
Pada suatu hari , masih pagi sekali , dibuatlah api di halaman rumah keluarga
itu yg panjangnya kira kira 20 meter dan
lebar 1 meter . Orang-orang yg lewat dan melihat itu , berdiri diam sebentar
dan mengerti…. (3)
Segenap penduduk Cina diberitahu
dan semua orang keluar hendak menghadiri upacara yg jarang terjadi ini. Di
dekat api itu bertimbunlah kayu api , yg terus ditambah dengan yg baru , sebab setiap orang ingin memberikan
bagiannya untuk upacara ini . Dengan kipas di tangan api itu terus dikobarkan ,
supaya nyalanya tetap tinggi . Tiga bersaudara dari keluarga itu duduk di muka
altar persembahan dan sambil membuat gerak-gerik yg khidmat dan doa doa
berbisik mereka mempersembahkan dupa. Sesudah beberapa saat ketiganya berdiri sementara orang-orang
yg hadir saling bergandengan tangan , berjalan mengelilingi api itu . Orang yg
berjalan di depan , memikul semacam kursi dengan tiga kaki . Perabot ini akan
memberikan mereka tanda , pada saat manakah mereka tanpa dihalangi bisa
berjalan melalui api itu . Orang banyak yg menonton terus saja berdatangan.
Pada suatu saat tertentu kursi itu “menarik” tiga serangkai itu melalui api .
Dengan kaki telanjang mereka berjalan
melalui api. (4)
Tidak terdengar jeritan kesakitan
. Dan setelah melintasi jalan sepanjang 20 meter di atas bara kayu yg berpijar
itu tidak seorangpun dari mereka yg mengalami luka sedikitpun. Tanpa cedera
keluarlah mereka dari dalam nyala api itu . Baru saja ketiga perintis itu
melewati nyala api itu , seluruh orang banyak yg hadir itu mengikuti jalan
mereka . Mereka juga berjalan melewati nyala api itu tetapi tidak mendapat luka
sedikitpun . Menurut keyakinan mereka yg kuat membaja , tiap orang bisa
melewati api itu , akan memperoleh
keuntungan di dalam hidupnya . Akibatnya memang segera kelihatan. Dari duapuluh
orang murid yg sudah mendaftarkan diri , tidak sampai lima orang lagi yg
masuk. Bruder dan pastur menghadapi kelas kosong . Maka mengertilah
orang bahwa di sini orang berurusan dengan kekuatan-kekuatan demon . Tetapi
keberanian tidak hilang , mereka mengetahui
bahwa mereka berada di sini demi kepentingan Allah dan bahwa pada
akhirnya mereka akan menang. Satu hal
mutlak perlu , misi harus mengusahakan membangun sebuah sekolah yg pantas . Hal
itu pasti akan mendapat perhatian orang Cina , yg terkenal bersifat
materialistis. (5)
Sesudah beberapa minggu , ketika
peristiwa berjalan di dalam api itu sudah kurang lebih dilupakan orang , murid
murid toh datang kembali . Dan perlu permulaan tahun sekolah berikutnya sudah
ada lebih daripada 50 orang anak disekolah itu . Sekarang datang lagi seorang
bruder baru ialah Br.Richardus , yg kendati tidak memiliki ijazah guru taman
kanak kanak , telah mengurus kelas permulaan di Pangkal Pinang dengan baik
sekali , sekarang akan membantu perkembangan sekolah yg baru ini dengan
pengalaman-pengalamannya itu. Dalam tahun 1937 datanglah Br.Justinianus
menambah jumlah bruder (6)
Kelas kelas memang tidak besar
tetapi ada untungnya bahwa bruder-bruder secara intens dapat menyibukkan diri
dengan membimbing anak anak itu , sehingga tidak ada yg tahan kelas dan
semuanya mendapat rapor yg baik . Dan kenyataan ini akhirnya lebih banyak
berbicara kepada para orang tua daripada “api keramat” itu , meskipun ada juga
yg mengatakan :”Anak-anak saya berhasil
baik , sebab saya sudah berjalan melalui api itu “ . Jadi tiap orang menilai
keadaan semaunya. (7)
Bruder-bruder yg tinggal bersama
pastor , masih tetap termasuk anggota biara Pangkal Pinang . Tiap hari Sabtu
sesudah waktu sekolah mereka pulang , guna menghayati biara di sana , dan hari
Minggu malam kembali lagi ke tempat tugas mereka sendiri . Lambat laun keadaan
demikian memberatkan, oleh karena pengangkutan waktu itu bukan yg terbaik dan
jalan jalan berlekak-lekuk dan penuh lubang
, sama sekali tidak memungkinkan perjalanan yg menyenangkan. (8)
Maka mulailah orang merindukan
kehidupan biara sendiri dan lebih lebih lagi karena pastoran sudah menjadi
terlalu kecil dan sekolah perlu sekali diperluas . Tambahan pula bruder-bruder
ingin lebih banyak yg menyumbangkan tenaga mereka untuk pembinaan kaum muda di
luar sekolah dalam satu bentuk kegiatan kaum muda. Maka disusunlah rencana
rencana dan terjadilah surat-menyurat
berulangkali ke negeri Belanda mengenai pembangunan sebuah gedung
sekolah dan sebuah rumah bruder sendiri.
Sebidang tanah yg luas dibeli , meskipun tidak terletak di dalam
kota , dapat dicapai dengan gampang oleh
murid-murid . Pada 26 Novemper 1937
tibalah persetujuan untuk pembangunan
itu ( 9)
Biro arsitek Fermont-Cuypers di
Jakarta mengurus gambar bangunan dan Br.Antonius SSCC akan melaksanakan pekerjaan itu
. Pada 3 Mei 1938 bangunan itu
sudah sekian jauh selesai sehingga dapat didiami . Pada 20 Agustus 1938 menyusul pengangkatan Br.Gualbertus
sebagai pemimpin pos misi kita yg ketiga di Bangka dan yg ke-7 di
Indonesia. Selanjutnya biara itu
anggotanya sendiri atas Br.Richardus , Justinianus , dan sebagai yg keempat
datanglah Br.Bernardino . Sekolah itu sekarang mempunyai satu kelas pendahuluan dan empat kelas yg paling rendah
dengan jumlah murid sekitar 120 orang. (10)
Upacara pemberkatan berlangsung
pada Hari Pendiri kita 25 November dan sebagai santu pelindung dilipih santu
Bernadus , sebagai penghargaan terhadap Br.Provinsial Bernadus , yg selama masa
jabatannya telah berbuat banyak sekali untuk misi Bangka. Upacara itu dihadiri
banya peminat . Kesatria Salib dan Pengawal Muda dari Pangkal Pinang membentuk
barisan kehormatan. Monsinyur mengatakan
: “sekolah merupakan suatu bagian tetapi suatu suku cadang karya misi yg
penting . Karena itu patutlah saya menyampaikan ucapan selamat bukan hanya
kepada bruder-bruder , melainkan juga kepada saya sendiri dan seluruh misi
Bangka dengan berdirinya sekolah ini “. Monsinyur juga menyampaikan terima
kasih kepada Pemimpin Provinsial para bruder yg memungkinkan pembangunan
sekolah ini . Juga pernyataan terima kasih disampaikan kepada Br.Antonius yg
telah menyumbangkan tenaganya yg terbaik untuk oembangunan ini , sebab secara
keseluruhan bangunan itu menjadi bagus dan pantas. (11)
Kehidupan sekolah sekarang dapat
dilanjutkan dengan normal . Seusai waktu sekolah bruder-bruder menyibukkan diri
dengan kaum muda, melalui pelajaran pelajaran, kelab kelab berbagai kegiatan ,
memberikan kesempatan belajar , kunjungan rumah dan sebagainya… (12)
Tidak hanya sekolah mengalami kemajuan , juga gereja . Kalau pada
permulaan hanya sebuah ruangan kecil beberapa meter persegi yg cukup besar untuk menampung orang-orang
datang beribadat pada hari Minggu , segeralah dirasa perlu membangun sebuah
ruangan yg lebih besar , yg juga ternyata cepat sekali menjadi terlalu kecil. Jumlah
orang-orang yg ditobatkan cukup banyak , sehingga mulai dipikirkan pembangunan
sebuah gedung yg lebih besar , atau lebih tepat sebuah gedung gereja yg
sebenarnya . Semuanya berjalan begitu
lancar sehingga kita tidak menginginkan lain kecuali supaya keadaan itu
berlangsung terus . Tetapi jalan Allah selalu bukan jalan kita. (13)
Dalam bulan Juli 1939 dikirim
berita ke Jakarta bahwa Br.Pemimpin jatuh sakit . Tidak berapa lama kemudian
diterima kabar bahwa Br.Gualbertus harus kembali ke tanah air dan bahwa Br.
Laurentius ikut sebagai pengantar . Mereka akan berangkat melalui Jakarta .
Pada 3 September tibalah mereka di Priok. (14)
Br.Pemimpin Salvator mengira akan
bertemu dengan seorang sesama saudara yg
sakit parah karena itu datang
menjemputnya dengan sebuah ambulans. Dia menjadi terheran heran ketika melihat
Br.Gualbertus berdiri di geladak kapal sambil tertawa riang . Tidak ada kesan
sama sekali bahwa dia menderita sakit berat . Suasana yg agak ramai dan gembira
itu ternyata cepat menghilang , yg sebagian terbesar dibuatnya sendiri (15).
Kalau kita mau membantu dia untuk
sesuatu , dia langsung menantang : “Apa kamu kira , saya tidak sakit . Lihat
saja , makan baik…” dan ketika malam hari ada Pujian dan bruder organis tidak
ada di rumah , dia langsung pergi duduk dibelakang harmonium dan mengiringi
lagu lagu pujian. (16)
Tetapi setelah itu dia menjadi
letih dan kehabisan tenaga . Tetapi malam itu dilewatkannya dengan tenang .
Keesokan harinya diadakan pemeriksaan yg meletihkan . Dan sekarang kita bisa
melihat bahwa kesan pertama tidak benar . Para dokter menarik kesimpulan bahwa
pasien itu tidak akan lama lagi , barangkali tiga empat minggu saja. (17)
Perjalanan ke Eropa tidak bisa
dipikirkan lagi , sebab harus melewati Tanjung Pengharapan di Afrika oleh
karena perang yg semakin mengancam . Ketika dia diberitahu secukupnya mengenai
keadaannya , berita itu tentu saja sangat berat baginya . Akan tetapi segeralah
dia bisa menguasai diri sepenuhnya dan dengan sikap pasrah yg rendah hati mempersembahkan
hidupnya kepada Allah . (18)
Selama masa sakitnya itu tetaplah
ia menjadi teladan yg membangun bagi saudara saudaranya . Dia ingin selekasnya
saja menerima sakramen-sakramen terakhir “ Sekarang pikiran saya masih wajar ,
sebentar mungkin tidak lagi “. Suatu upacara yg sungguh mengharukan pada 8
September. Bruder-bruder dari Jakarta yg berdiri sekelilingnya , semua sangat
terkesan (19)
Di dalam semua rumah surga
dibanjiri doa-doa semoga bruder iti disembuhkan . Banyak novena kepada Bapa
Pendiri diadakan . Banyak kali kita berpikir bahwa doa doa kita akan terkabul ,
sebab setiap kali bruder-bruder yg kembali dari kunjungan ke rumah sakit,
selalu dikatakan keadaan pasien kita baik sekali. (20)
Sr.Fredirique yg merawatnya
sangat memuji dia “Saya sungguh sungguh
mengagumi ketaatan serta
kesederhanaannya , sikap pasrah dan keberanian menerima korban . Dia memang
orang yg luar biasa. Kalau ada satu hari sakitnya berkurang , berkatalah ia
sambil tertawa :” Sayang sekali suster” . Maka saya patut mengucapkan selamat
kepada Kongregasi , dapat memiliki seorang anggota seperti itu “. Perlahan-lahan keadaannya mundur . Pada 26 November pagi-pagi sekali datang
berita : Gualbertus keadaan gawat sekali , lekas datang . Maka kamipun cepat
kesana . Pasien menjadi sadar lagi dan malah melucu melihat kecemasan kami .
Tetapi sesudah tengah hari keadaannya menjadi mundur dengan cepat .
Pukul lima lewat sedikit ia mengambil rosarionya , mengatup kedua tangannya dan
beberapa saat kemudian menyerahkan jiwanya kembali kepada Tuhan. (21)
Dengan perhatian besar sekali
jenazahnya dimakamkan keesokan harinya . Semoga dia beristirahat dalam
abadi .(22)
Sakitnya Br.Gualbertus diikuti
dengan penuh perhatian dan belarasa oleh biara di Sungailiat , dan
mengakibatkan sedikit perubahan . Br.Hermenigild menjadi pemimpin di Sungailiat
, Br.Richardus menjadi Pemimpin di Pangkal Pinang . Pada 31 Agustus tibalah
Br.Licinius di Sungailiat . Biara itu kini beranggotakan : Br. Hermenigild , Br.Symphronius ,
Br.Justinianus , Br.Simplicianus dan Br.Josephus. Sekolah berjalan terus ,
kegiatan kaum muda berkembang , bruder-bruder belajar . Dengan demikian semua
mempunyai tugas harian yg sibuk . Terutama sekolah meminta banyak perhatian
sebab belum disamakan , dan orang sedang bersiap siap untuk inspeksi . Pada akhir
1941 semua persiapan sudah sedemikian jauh sehingga diajukan permohonan supaya
sekolah itu diinspeksi . Tetapi terpaksalah kini menunggu masa yg lebih baik . (23)
*selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar