Rabu, 01 Januari 2014

sejarah Kongregasi Budi Mulia - Pangkal-Pinang sebelum tahun 1945 . oleh Br.Wulfram dan Br.Ethelbert . (bagian kedua )



Pada salah satu perjalanan tugasnya dalam tahun 1930 dari Bangka ke Belitung melalui Jakarta , Mgr.Bouma berkunjung ke Bogor dan berkenalan dengan bruder bruder disana .Monsinyur berbicara mengenai Misinya dan tentang perlunya sekolah sekolah dan asrama asrama , sebagai satu satunya pengharapan keberhasilan karya Misi. Dalam kunjungan berikutnya Monsinyur mengulangi lagi persoalan ini dan menanyakan adakah kiranya kemungkinan, bruder bruder bisa memulai karya Misi dikalangan orang orang Cina di Bangka . Suatu jawaban pasti belum bisa diberikan , tetapi permintaan itu akan tetap di perhatikan. (1)

Dalam bulan Mei 1931 Monsinyur menulis sepucuk surat panjang mengenai rencana rencana masa depannya dan mengundang Br.Ulpianus datang ke Bangka . Tetapi dia ini baru saja berangkat ke Eropa untuk menghadiri Kapitel Umum . Surat itu disusulkan kepadanya dan Br. Ulpianus membicarakan persoalan ini dengan Pemimpin Umum yg baru dipilih Br.Adon . Beliau lalu menugaskan Br.Ulpianus supaya mengunjungi Bangka setelah kembali ke Indonesia . Ini terjadi pada 29 November 1931 . (2)

Monsinyur memperlihatkan kepadanya gedung sekolah baru dibangun dengan asrama dan rumah yg akan menjadi tempat tinggal Monsinyur dan Pastor . Gedung gedung ini kan diserahkan Monsinyur dengan cuma cuma kepada Bruder bruder selama mereka bekerja disana. (3)

Dari kunjungan ini disusun suatu laporan yg dikirim kepada Pimpinan Pusat . Monsinyur Bouma sendiri masih mengirim sebuah laporan guna memberi keterangan keterangan mengenai keadaan di Bangka . Di dalam laporan ini beliau antara lain mengemukakan bahwa penyerahan mungkin dapat dilaksanakan dalam tahun 1934 . Dalam tahun 1932 Pastor sendiri akan memulai sekolah itu ( sebuah kelas pendahuluan ) . Tahun berikutnya kita sudah mempunyai dua kelas dan pada waktu penyerahan dalam tahun 1934 sudah ada tiga tahun pelajaran . Maka bruder bruder nanti bisa mengharapkan jumlah murid 100 orang pada permulaan tahun sekolah itu . Persaingan dari pihak Protestan waktu itu belum ada . Oleh karena itu penting sekali bahwa kita mulai dengan lapisan atas . Sesudah itu dapat dimulai juga dengan pendidikan dan pengajaran untuk anak anak miskin . Untuk ini tempat yg paling cocok adalah Sungailiat oleh karena disana penduduk paling padat . Disana akan ada tempat sebuah HCS dengan asrama dan sekolah pertukangan . Suatu keuntungan tambahan juga ialah bahwa bruder bruder di Pangkal Pinang nanti tidak sendirian. (4)

Oleh karena kegiatan perdagangan hampir seluruhnya berada di tangan orang Cina, maka selain bahasa Belanda , terutama diperlukan mata pelajaran pengetahuan dagang dan karena hubungan dengan Singapura , juga perlu bahasa Inggris . Sudah empat tahun Misi minta izin untuk membuka sebuah MULO . Berhubung dengan tindakan penghematan sekarang maka MULO yg diharap harapkan ini tidak akan diizinkan . Tetapi dengan adanya persetujuan pemerintah dan pemberian subsidi kepada MULO ini , maka Misi bersedia menyerahkan sekolah ini kepada Kongregasi Anda. (5)

Dalam bulan Maret 1932 Mgr.Bouma berkunjung ke Oostakker dan membicarakan konsep kontrak dengan Yang Terhormat Bapak Pemimpin Umum . Didalam sidang Dewan Pusat 13 Mei 1932 naskah kontrak sementara ini dibacakan dan disetujui . Dengan demikian karya Misi di Bangka kita terima . Bruder bruder pertama akan berangkat dalam tahun 1934 ke Bangka. (6)

Kontrak itu secara definitif ditanda tangani di Oostakker pada 9 Juni 1933 oleh Yang Terhormat Bapa Adon dan Yang Terhormat Pater M.van Soest ( misionaris dan Pro-prefek Bangka ) , yg kebetulan waktu itu sedang bercuiti (7)

Pada 12 Januari 1934 Br.Ludwinus diangkat Pemimpin rumah di Pangkal Pinang . Pada 8 Maret tibalah di Tanjung Priok Br.Provinsial Bernardus untuk visitasi Kongregasi . Beliau ditemani oleh lima orang misionaris baru : Br.Sixtus , Br.Werenfried dan Br.Willibrord ketiga tiganya ditentukan untuk Bogor , dan Br. Gualbertus dan Br.Richarius untuk Pangkal - PInang. (8)

Sewaktu visitasi BR.Rafael diangkat menjadi kepala Holland Chinese School yg baru dan diapun berangkat pada 24 maret bersama Br.Ulpianus ke Pangkal Pinang untuk mengatur berbagai urusan disana antara lain sehubungan dengan penempatan bruder bruder disana . Br.Provinsial Bernadus dan pemimpin yg baru diangkat , Br.Ludwinus berangkat 14 April ke Bangka dan disana beliau secara resmi melantik Br.Ludwinus selaku Pemimpin rumah Pangkal Pinang . Dengan ini berdirilah rumah ketiga Bruder Budi Mulia di Misi . Misi Bangka waktu itu mempunyai pengharapan baik bahwa jumlah ini kan segera meningkat (9)

Rumah bruder dengan dua tingkat itu mempunyai kamar-kamar yg luas di lantai atas , dan dilantai bawah sebuah kapela , ruang makan dan tempat rekreasi , disamping itu sebuah dapur dan kamar mandi untuk anak anak asrama . Pada tahun sekolah yg baru Br.Richarius mendapat tugas untuk kelas pendahuluan , Br. Gualbertus untuk kelas satu dan Br. Rafael untuk kelas dua . Pada mulanya harus berusaha mencari cari dan mencoba coba berkenalan dengan penduduk . Segeralah menjadi jelas bahwa di kalangan orang Cina terdapat banyak sekali kepercayaan sia sia.(10)

Pada suatu wisata sekolah orang bertemu dengan "yg keramat" itu . Bruder yg tidak mengenal binatang itu mengawaskan anak anaknya tentang ular itu .Anak anak segera melihatnya dan menjerit ketakutan :"ular kotok...Ular kotok ! Jangan Lihat! " Bruder mengambil sepotong kayu dan memukul ular itu sampai mati .(11)

Dalam ketakutan yg luar biasa anak anak itu pergi berdiri sejauh mungkin , kecuali seorang anak kecil dari asrama yg belum mengerti rahasia rahasia Mitologi Cina. Dia mengambil ular itu dan mengayun- ayunkannya keliling sambil tertawa. Sesudah intermezzo ini perjalanan diteruskan , tetapi tidak seorangpun yg mau berjalan disamping anak kecil itu . Di dalam kelaspun tidak seoragpun yg mau duduk di sampingnya dan didalam ruang tidur mereka menggeser tempat tidur mereka sejauh mungkin dari tempat tidurnya. (12)

Segeralah cerita itu tersebar di seluruh kota dan keesokan harinya sang ayah sudah muncul di sekolah . Bruder berusaha menyakinkan ayah itu bahwa tidak terjadi apa aoa dan bahwa semua itu omong kosong belaka. Nenek , yg usianya yg lanjut mengetahui segala sesuatu yg berhubungan dengan kerohanian, harus menyelesaikan persoalan itu. Bruder menerima perempuan tua itu dengan segala keramahan , tetapi dia hampir tidak mau melihat bruder . Dia hanya ingin mendapat kembali cucunya. pembicaraan makin panas. Bahwa bruder bruder juga tidak mengerti apa apa tentang dunia kerohanian Cina . Dia membawa cucunya itu ke seorang dukun . Disana dia tidak perlu menceritakan lagi peristiwa itu , sebab dukun sudah mengetahuinya . Setiap orang membicarakan hal itu dan bruder bruder mendapat nama buruk di mata orang Cina. Bagaimana orang orang yg cerdas itu begitu bodoh ! (13)

Dengan banyak isyarat yg khidmat dapatlah dukun itu pada akhirnya menemukan obat , yg harus diminum dan nanti tidak akan ada bahaya lagi untuk anak itu . Beberapa anak lain juga harus pergi ke dukun sekarang . Keamanan untuk semua. Tentu saja tidak terjadi apa apa . Dan beberapa waktu kemudian oleh seorang ahli Cina dijelaskan bahwa ular ini tidak mungkin "ular kotok" yg keramat dan ditakuti itu. Ketenteraman pulih kembali dan bruder bruder mulai dihormati lagi. (14)

Di sekolah orang bekerja baik dan bulan Maret 1935 jumlah murid sekolah itu sudah mencapai 80 orang , asrama mempunyai 10 orang penghuni . Mulai tahun sekolah berikut yg akan dimulai bulan Juli ada tambahan satu kelas . Untuk maksud ini Br. Sabinus dikirim . Oleh karena pada 1 Juli 1935 di Sungailiat juga akan dibuka sebuah sekolah , maka datanglah Br.Symphronius dari Bogor ke Pangkal-Pinang . Dengan penambahan tenaga ini maka kegiatan kegiatan juga bisa diperluas dan memenuhi keinginan Monsinyur supaya menarik juga kaum muda di luar sekolah . Bruder bruder mengundang pemuda pemuda Katolik supaya datang berbicara dengan bruder bruder. (15)

Itu hanya baru mau mencari kontak pertama , tetapi rencana rencana sudah diajukan untuk pada akhirnya membentuk suatu perkumpulan kaum muda. Sewaktu visitasi Br.Vikaris Umum Chrysostomus rencana rencana ini mendapat bentuk yg pasti dan dibentuklah "Kruisridders" ( Kesatria- kesatria Salib) (16)

Br.Symphronius dan Br.Sabinus menjadi pemimpin .Perkumpulanan itu terdiri atas berbagai kelab: kursus mengetik , kelab biola , kursus bahasa Inggris dan bahasa Belanda , kelab sepakbola dan kelab pekerjaan tangan . Melalui Yang Terhormat Br. Chrysostomus dapatlah diperoleh sebuah harmoni , dengan demikian dapatlah Br.Sabinus menjalankan kegiatannya . Juga dibelikan sebuah meja bilyar tua . (17)

Mosinyur datang setiap 14 hari untuk memberikan pengajaran , terutama dibidang liturgi . Segeralah dibentuk pula suatu kelompok Pengawal Muda , disamping perkumpulan ini. Bagian rumah yg disediakan untuk semua kegiatan ini ternyata menjadi terlalu kecil . Memang masih bisa diperluas dan dibangun tambah lagi sebuah serambi yg luas . Di tengah segala kegiatan itu Br.Symphronius dan Br.Richardus masih sempat juga mendapatkan ijazah guru mengetik ., sehingga dapatlah mereka memberikan ijazah resmi kepada peserta kursus mereka. (18)

Kegiatan kaum muda maju pesat , para pengunjung gereja sebagian besar terdiri dari orang orang muda . Ketika Br.Symphronius kembali ke negeri Belanda sesudah visitasinya beliau malahan dapat membawa serta dua orang pemuda Bangka untuk juvenat di Dongen , karena mereka ingin menjadi bruder. Baru saja ditahbiskan seorang pemuda Cina Bangka menjadi iman yg pertama ,Boen Thian Kiat. Maka bruder bruder kini mengharapkan bahwa juga akan segera memiliki bruder bruder putera Bangka sendiri (19)

Pada perayaan Natal pertama sesudah pembentukan perkumpulan kaum muda itu , gereja sebagian besar dipenuhi dengan pemuda pemuda . Ruang kelab dan sebagian rumah diatur menjadi ruangan tidur . Sesudah misa malam mereka semua datang berkumpul dekat kandang Natal yg terhias bagus dengan lampu lampu beraneka warna . Mereka makan dan minum , bernyanyi dan membawa cerita Natal. Pertemuan yg meriah dan sangat menyenangkan dan anak anak sendiri gembira dan puas karenanya . Dengan rasa syukur dan gembira mereka baru pulang ke rumah pada pagi hari . Beberapa yg mengatakan ketika hendak pulang :"Bruder saya menjadi Katolik , sebab ini jauh lebih bagus daripada berdoa di muka altar Buddha" . (20)

Kelab itu cepat mendapat nama harum , terutama berkat harmoni . Kalau ada sesuatu diselengarakan di dalam kota , kelab itu harus tampil dan kelompok harmoni berusaha menciptakan susasana gembira . Tetapi seperti biasanya selalu terjadilah juga kemerosotan . Sungailiat mulai meluas dan karena itu terjadilah perpindahan perpindahan. Orang kehilangan kaitan dengan suatu organisasi national atau international. Kendati semua gejla ini gerakan kaum muda toh berhasil mencapai banyak hal yg bagus . Kehidupan Paroki mengalami suatu periode perkembangan , tetapi memakan waktu untuk menjalankan pekerjaan baru yg terarah. Oleh karena itu dalam bulan November 1940 dengan persetujuan Prefek Apostolik , baik di Pangkal Pinang maupun di Sungailiat dan Belinyu didirikan suatu kelompok pandu . Di Sungailiat Br.Josephus menjadi pemimpin gugusan siaga dan Br.Symphronius menjadi pemimpin penggalang dan pemimpin kelompok untuk kelompok Mikael . Kemudian Br.Simplicianus menjadi akela dan Br.Josephus hopman. (21)

Di Pangkal Pinang Br. Ethelbert dan Br.Willibroad memimpin kelompok La Pa Hong dan Pandu , sedangkan Br.Olav tampil untuk "Oude Wolf" , suatu nama yg akan tetap dipertahankan nya selama hidupnya. Mgr.Bouma mengangkat Br.Symphronius menjadi Assiten Komisaris Distrik untuk kelompok kelompok Katolik, yg olehnya Prefektur Bangka Belitung terdaftar sebagai Distrik pada markas besar di Jakarta . Kegiatan kaum muda dengan demikian dikaitkan secara nasional dan international . (22)

Di Pangkal Pinang dalam bulan November 1941 dimulai juga dengan gugusan penegak . Pemimpin kelompok Br.Ethelbert merangkap juga Oubaas , sedangkan asisten pemimpin gugusan penegaknya mengambil alih tugasnya sebagai Hopman. Disamping Kepanduan di Pangkal Pinang dalam bulan Agustus 1940 , tak lama setelah pembukaan kelas pertama MULO, oleh guru olah raga didirikan sebuah kelab olah raga dengan nama M.U.L.O .Kelab kelab lain boleh menggabungkan diri dengan kelab yg satu ini.Dalam hubungan yg bak dengankelompok Lo Pa Hong kedua perkumpulan ini dapat bekerja berdampingan dengan rukun sampai....berita yg membawa bencana tersebar di seluruh kota "Orang Jepang sudah datang " (23)

*dari tulisan diatas , kelas pendahuluan ( kelas nol ) dimulai 1933 , 1934 kelas satu dst . pendidikan Hollandsch-Chineesche School (HCS) adalah 7 tahun ( sekolah dasar ). maka tahun 1940 adalah smp kelas pertama ( diresmikan 1 Agustus 1939), tetapi bangunan smp belum didirikan pada tahun tsb. smp pada jaman tersebut disebut MULO ( Meer Uitgebreid Lager Onderwijs)* ~khiefat

Namun demikian dalam masa ini juga kegiatan kaum muda telah mebuahkan hasil. Karena dipaksa oleh keadaan anak anakmenjadi mandiri , mereka yg sudah besar menjadi lebih dewasa , karena mereka inilah yg nanti menjadi tenaga tenaga untuk menggiatkan kembali pekerjaan sesudah perang . Sementara kegiatan kaum muda bertumbuh dan berkembang , sekolah juga bertambah maju . Br.Ludwinus yg menjadi pemimpin pertama rumah ini , sesudah dua tahun , dipindahkan ke Rawa Seneng menjadi bapa asrama untuk anak anak asrama sekolah pertanian disana. sebagai gantinya pada 26 Juli 1936 Br.Rafael diangkat menjadi pemimpin dan merangkap kepala sekolah . Beberapa hari sebelumnya telah tiba di Pangkal Pinang Br.Ulpianus untuk bertugas sebagai guru bantu disana, sesudah satu tahun bekerja sebagai pemimpin di Albuquerque ( Amerika). Oleh karena dia sendiri menyadari , bahwa tenaganya tidak memadai untuk pekerjaan disana , maka dia menganjurkan kepada atasannya supaya mencoba pemimpin lain dan mohon supaya ia dibebaskan dari jabatannya selaku pemimpin dan diperbolehkan kembali ke misi di Indonesia. Yang Terhomat Bapa Pemimpin Adon menerima permohonan pembebasan tugas itu dan memperbolehkan dia kembali ke Bangka. (24)

Dalam waktu yg sama itu sekolah diperluas dengan sebuah pendopo besar yg luas , untuk ruang gimnastik dan tempat bermain , dan sebuah kelas untuk taman kanak kanak . Di dalam pendopo itu dibangun lagi sebuah panggung sandiwara yg besar yg pada hari hari biasa bisa dipergunakan juga sebagai ruang kelas . Pendopo yg hampir selesai dibangun itu , untuk pertama kalinya dipergunakan untuk perayaan 12 1/2 tahun Karya Misi Pater Pater . Pesta itu dirayakan oleh seluruh kota . Banyak kesulitan berbagai macam , terutama karena tidak ada subsidi , harus diatasi. (25)

Akan tetapi ditunjang oleh cita cita suci "Bangka untuk Kristus" pastor pastor itu terus berusaha dan dalam waktu singkat hasil hasil yg bagus sudah dicapai . Kalau pada saat mereka tiba hanya ada satu misionaris , sekarang Prefektur sudah mempunyai 8 stasi utama , yg melayani oleh 17 iman. Mereka dibantu oleh 12 orang bruder dan 20 orang suster . Maka ada alasan kuat untuk merayakan pesta itu. (26)

Monsinyur sendiri lebih suka kalau pesta itu menjadi suatu pesta anak anak . Maka 15 Februari 1937 sudah pagi pagi sekali orang melihat bis bis penuh dengan anak anak berdatangan dari Muntok , Belinyu dan Sungailiat . Dengan sorak sorai gembira mereka disambut di Pangkal Pinang . Pada pukul 10 bertempat didalam bangsal baru sekolah , bruder membuka upacara itu dengan lagu "Jubilate Deo" yg dibawakan sangat rapi dan bagus dibawah pimpinan Br.Sabinus .Sesuda itu Br.Rafael menyampaikan ucapan selamat atas nama para bruder dan suster dan mempersembahkan sebuah album ucapan selamat yg terhias bagus .Sesudah itu perayaan oleh anak anak sekolah. Tiap anak dengan cara sendiri mengungkapkan rasa gembira dan terima kasih untuk begitu banyak kebaikan yg telah terima dari misi. (27)

Sesudah acara perayaan itu Monsinyur membuka "Pasar Gembira" ( semacam pasar malam) yg diselenggarakan di dalam ruangan ruangan kelas, tempat disediakan juga keperluan keperluan perut manusia. Sore hari pertandingan sepak bola untuk anak laki laki dan bola keranjang untuk anak anak perempuan . Malam harinya dipersembahkan kepada para Pater suatu rangkaian acara yg bervariasi , yg boleh dihadiri juga oleh semua orang Katolik di Pangkal Pinang dan para orang tua. (28)

* inilah bazar pertama Budi Mulia " ~ perayaan perayaan tsb masih dipertahankan sampai tahun 70 han , sekarang saya tidak mengetahui lagi kecuali bazar * ~khiefat.

Keesokan harinya perayaan dimulai dengan Misa Kudus semarak oleh Mgr.Bouma . Sesudah itu acara permainan rakyat . Pada pukul 1:00 siang perayaan ditutup dengan penyerahan hadiah hadiah. Dengan penuh harapan Misi Bangka boleh melangkah maju menyongsong masa depan. Tahun tahun yg sudah berlalu merupakan tahun tahun permulaan dimana mana , mencari dan mencoba , penuh kemiskinan dan keckecewaan , tetapi yg terakhir dengan pengharapan yg besar akan hasil yg limpah di masa depan . Bruder bruder sudah melewatkan lagi beberapa hari yg sibuk. (29)

Pada 3 Agustus 1937 tibalah Br.Bernardino dari Negeri Belanda untuk memperkuat tenaga tenaga yg sudah ada dan pada 10 Oktober tiba Br.Rufinus dengan penugasan menjadi kepala sekolah di Pangkal Pinang menggantikan Br.Rafael yg sesudah 10 tahun berkarya dengan setia kembali untuk seterusnya ke Negeri Belanda , Br.Ulpianus untuk sementara mengambil alih pimpinan rumah (30).

Bulan April 1938 merupakan bulan yg sibuk bagi misi , sebab Gubenur Jend. Tjarda van Starkenborgh datang berkunjung ke Bangka dan beliau menyatakan keinginannya yg tegas hendak mengunjungi lembaga lembaga misi di Pangkal Pinang . Jalan dari kota ke rumah jompo di Lo Ngin Buk oleh pemerintah setempat diperbaiki besar besaran , dengan demikian selanjutnya bruder bruder mendapat jalan yg baik menuju rumah jompo tsb. (31)

Pertama- tama tamu agung itu bersama rombongan mengunjungi rumah jompo.Sambil tertawa dan dengan ramah mengangguk- angguk kan kepala, Yang Mulia itu berjalan berkeliling melihat lihat rumah, sementara itu beliau tiada henti hentinya menyatakan penghargaannya untuk pekerjaan mulia yg dilakukan oleh misi disini , demi kepentingan kuli kuli tambang yg sudah tua tua dan tidak berguna lagi itu. (32)

Sesudah itu dengan kendaraan Wali Negei itu melalui jalan jalan yg dihiasi penuh daun daun hijau , ke sekolah sekolah misi , tempat beliau disambut oleh anak-anak laki laki dengan selempang orange dan anak-anak perempuan dengan pita rambut berwarna orange . Anak-anak memandang dengan penuh rasa kagum "Tuan besar" itu . Setelah rombongan mengambil tempat di dalam pendopo terhias , bernyanyilah anak-anak laki laki di bawah pimpinan Br. Sabinus beberapa lagu yg sesuai. Sesudah itu Wali Negeri secara pribadi menyampaikan terima kasihnya kepada dirigen untuk nyanyian yg bagus. Juga disini sambil mengangguk-ngangguk kan kepala dengan senyum ramah kepada tiap orang yg hadir. Yang Mulia meninggalkan ruangan pesta . Malam harinya masih diselenggarakan suatu pawai obor dan defile diiringi dengan bunyi genderang dan trompet . Kemudian kami menerima keterangan bahwa Gubenur Jenderal sangat puas dengan kunjungan kepada misi dan penampilan kaum muda. (33)

~dapat disimpulan pada saat ini drumband Budi Mulia sudah ada atau pertama kali diselenggarakan pawai drumband~ *khiefat

Negeri Belanda masih tetap mengirim bruder bruder ke Indonesia . Juli 1938 tibahlah Br.Olav untuk kelas pendahuluan dan asrama dan 2 Agustus Br.Hermenigild dari Bogor ke Pangkal Piinang untuk menjadi pemimpin dan kepala sekolah , karena Br.Rufinus pindah ke Bogor.(34).

Sementara itu sekolah di Sungailiat yg selalu mendapat tenaga dari Pangkal Pinang sudah bertumbuh penuh , maka pada 20 Agustus 1938 rumah disana berdiri sendiri dengan Br.Gualbertus sebagai pemimpin. (35)

Monsinyur Bouma sangat memuji bruder bruder dan tidak pernah mau menyembunyikan penghargaannya . Kami merasa gembira memiliki bruder bruder di Bangka sebagai kerabat kerja didalam karya kerasulan kami , untuk karya karya mereka di bidang pengajaran , pendidikan dan perawatan orang sakit , karya karya yg mempunyai arti begitu penting .(36)

Pada 23 Juni 1939 tibalah di Pangkal Pinang sbuah telegram dengan hasil pemilihan Kapitel Provinsial dan ternyata bahwa Br.Ulpianus terpilih menjadi Kapitel Umum. (37)

Karena ada desakan supaya segera berangkat maka bertolaklah ia pada 25 Juli dari Bangka dan tiba di Dongen pada 17 Agustus . Tepat satu bulan kemudian datanglah hasil pemilihan pemilihan didalam Kapitel Umum dan Br. Ulpianus terpilih menjadi anggota pimpinan pusat dan karena itu tidak kembali lagi ke Indonesia. Indonesia kehilangan seorang tenaga yg sangat berharga untuk karya langsung misi tetapi sebaliknya kita mempunyai seorang tokoh yg mengenal baik keadaan misi duduk di dalam dewan pimpinan tertinggi di Kongregasi kita (38).

Misi Bangka masih harus memberikan korban lagi . Pada 16 Agustus 1939 meninggallah Br.Gerbrand Dijkstra di Jakarta tempat dia mengalami operasi pada tenggorokan . Kepergiannya itu menimbulkan kekecewaan yg besar dikalangan bruder bruder . Bukan hanya karena seorang sesama saudara yg muda diambil dari tengah tengah kita , melainkan juga terutama karena Br.Gerbrand merupakan salah seorang misionaris yg paling rajin dan diambil justru sementara dia memberikan begitu banyak pengharapan untuk karya kita.(39)

Segeralah diminta korban kedua .Br.Pemimpin Gualbertus dari Sungailiat kelihatannya sakit keras dan harus masuk rumah sakit di Jakarta . Kita sama sekali tidak membayangkan bahwa penyakit ini juga akan berakhir dengan kematian. Tetapi untuk sementara mengatasi kesulitan sehubungan dengan tenaga di sekolah Br.pemimpin Hermenigild pergi ke Sungailiat . Br.Richardus yg baru datang dari Bogor ke Pangkal Pinang untuk membuka MULO yg pertama pada 1 Agustus 1939 , sekarang mendapat tugas sementara juga mengurus rumah dan sekolah dasar . Ketika ternyata bahwa orang sakit itu tidak bisa lagi ditolong dokter dokter , perubahan perubahan yg sementara itu menjadi definitif. (40)

Dalam bulan Oktober 1939 datang lagi seorang pengajar baru untuk sekolah di Pangkal Pinang : Br.Josephus .Sekolah itu sudah bertambah menjadi sebuah sekolah 7-tahun ditambah sebuah kelas pendahuluan . Pada 28 Desember tibalah Br.Everdinus dan dua hari kemudian Br.Ethelbert dari Jakarta untuk menjadi kepala sekolah , sehingga Br.Pemimpin Richardus bisa mencurahkan perhatian sepenuhnya pada MULO yg baru itu dan urusan rumah sekarang dihuni oleh 7 orang bruder. (41)

Salah satu urusan urusan pertma ialah memperluas lagi gedung sekolah itu sehubungan dengan pembukaan MULO .Pada 21 Maret 1940 datanglah persetujuan dari pimpinan pusat bahwa tiga buah ruangan kelas boleh dibangun. Sementara pembangunan sedang berjalan datanglah berita sial pecahnya perang. Pada 10 Mei 1940 Gubenur Jenderal mengumumkan melalui radio bahwa tentara Jerman sudah menyerbu memasuki negeri Belanda . Dengan penuh ketegangan para bruder mengikuti berita berita itu . Surat surat yg masih ditulis dengan tergesa gesa kepada keluarga kembali beberapa hari kemudian . Tidak ada hubungan pos lagi. (42)

Dengan hati berat bruder bruder meneruskan pekerjaannya. Disini masih banyak yg bisa dikerjakan , kita masih bisa menolong . Sandiwara sandiwara diajarkan kepada anak anak , paduan suara ditampilkan , perabot peabot dibuat untuk dijual . Semuanya ini dimaksudkan untuk mengumpulkan uang untuk berbagai dana dan yayasan . Tetapi juga di Asia keadaan tidak tinggal tenang (43).

Agresivitas Jepang mulai sangat menonjol : serangan serangan di Cina , Korea , Indocina dan sebagainya . Indonesia mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan : pengerahan tentara , patroli patroli militer di berbagai tempat , dinas transfusi darah dibentuk, kursus kursus P3K didirikan . Pastor pastor dan bruder bruder dimasukan didalam suatu koloni transpor dan untuk itu mereka mengikuti suatu kursus , suster suster dilatih menjadi perawat di rumah sakit . Pastor pastor dan bruder bruder dari Sungailiat mendapat tugas di suatu menara pengamat . Disamping itu pekerjaan berjalan sebagaimana biasa , gerakan kaum muda menyelenggarakan pertemuan pertemuan mereka , harmoni mengadakan latihan latihan dan seringkali diundang pada perayaan perayaan resmi. (44)

Sekolah sekolah mempersiapkan diri untuk meminta persamaan , agar sesudah itu boleh mengajukan permohonan untuk subsidi . Awal Desember 1941 sekolah Pangkal Pinang mendapat inspeksi dari Jakarta dan 19 Januari 1942 datanglah keputusan bahwa sekolah itu disamakan . Sekolah suster Pangkal Pinang dan sekolah bruder di Sungailiat juga sudah mengajukan permohonan , tetapi mendapat berita dari Jakarta bahwa inspektur tidak bisa lagi sampai di Bangka karena keadaan perang . (45)

~yg dimaksud sekolah bruder Pangkal Pinang adalah Budi Mulia , sekolah suster adalah Theresia dan sekolah bruder Sungailiat sekarang dipakai oleh SD Maria Goretti , ~khiefat

Pada 7 Desember 1941 malam hari kami mendengar melalui radio berbagai telegram sandi . Bruder bruder dengan sendirinya ingin tahu dan pagi pagi hari berikutnya radio sudah dipasang , tetapi tidak ada sesuatu yg lain yg terdengar kecuali lagu pengenal Nirom.Akhirnya penyiar mengumumkan bahwa Gubenur Jenderal akan berbicara . Kita dapat serangan penghianatan dari Jepang di Pearl Harbour dan ditutup : "Indonesia menyatakan perang dengan Jepang".(46)

Angkatan bersenjata dari udara , laut dan darat sudah siap siaga . Selanjutnya menyusul serangkaian seruan yg diselang seling dengan musik seriosa . Seruan seruan ini menimbulkan keguncangan di kalangan Eropa , sebab semua laki laki diharuskan segera melaporkan diri pada instansi instansi militer dan bahwa segala sesuatu sekarang dimiliterisasikan. (47)

Juga para Pastor , Bruder dan suster diwajibkan mulai sekarang selalu bersiap siap . Di Sungailiat mereka harus menempati menara pengamat untuk mengamati pesawat pesawat terbang musuh . Sampai saat ini sebuah pesawat terbang yg melayang diatas Bangka selalu merupakan suatu atraksi . Kalau ada sebuah pesawat terbang yg lewat , seluruh kelas menjadi kosong karena murid murid brlari keluar menonton. Kalau dulunya merupakan atraksi , sekarang mungkin menjadi bahaya (48)

Segeralah di sekolah sekarang orang menggali suatu parit panjang yg dalam di antara pohon pohon , dimaksudkan untuk  menjadi tempat perlindungan bila terjadi serangan serangan udara . Bersama anak anak diadakan latihan bagaimana mereka harus menyelamatkan diri. Pada saat saat tertentu peluit  kepala sekolah dibunyikan sebagai tanda orang harus lari ke lubang perlindungan . Segeralah para orang tua datang hendak membawa anak anak mereka ke tempat tempat yg lebih aman. Dan setelah terjadi pemboman yg pertama atas bengkel perusahaan timah , sekolah di Pangkal Pinang dan juga di Sungailiat langsung menjadi kosong . Sesudah pemboman diulangi lagi beberapa hari sebelum pesta Natal , kota juga menjadi kosong . Maka jadilah suatu Natal yg sepi . Waktu misa besar pada hari Natal terdengar lagi bunyi alarm. Orang orang meninggalkan gereja . (49) 

Bangka tidak mempunyai tempat kedudukan militer, jadi pesawat pesawat terbang dapat terbang dengan tenang  melewati pulau itu. Tanda bahaya udara terdengar secara teratur dan para orangtua lebih suka pergi bersama anak anak mereka tinggal di dalam rumah rumah mereka di kebun yg terletak diluar kota. (50)

Sekoalah sekolah dan gerakan kaum muda terhenti. Pada 6 Februari Bangka mendapat  pendudukan pasukan pasukan Belanda . Segera diambil tindakan tindakan . Komandan pasukan itu mengeluarkan perintah agar semua wanita Eropa , termasuk suster suster , agar secepat cepatnya meninggalkan pulau itu  dan berangkat ke Jakarta , sebab bagi mereka tidak akan ada perlindungan bila akhirnya terjadi pendudukan Jepang. (51).

Malam itu juga semuanya siap. Perpisahan terasa berat, juga para bruder , sebab dengan seketika orang menyadari kini bahwa ada ikatan ikatan rohani menyatukan mereka . Monsinyur memberikan berkat kepada semua . Selanjutnya beliau memberikan nasehat kepada bruder bruder supaya mereka juga berusaha pergi ke Jawa , oleh karena karya misi toh sekarang terhenti. (52)

Maka diusahakan supaya bruder bruder bisa ikut berangkat dengan salah satu kapal milik timah Bangka , tetapi ketika tiba saatnya hendak berangkat hal itu tidak terjadi , oleh karena orang tidak bisa memberitahukan bruder bruder berhubung terputusnya  jaringan telpon . Bruder bruder merasa lega bahwa keberangkatan itu tidak jadi. Dalam waktu satu minggu pasukan pasukan meninggalkan pulau itu , sebab mereka harus pergi memperkuat keadaan di Palembang .  Beberapa hari sesudahnya  mendaratlah pasukan pasukan Jepang pertama di Muntok . Bruder bruder bersepakat untuk sementara tinggal di Lo Ngin Buk , untuk mengamati gerak gerik tentara Jepang .(53)

Cepat sekali tentara Jepang menyebarkan diri di seluruh pulau dan dimana mana berkibarlah bendera Jepang . Sekolah sekolah tetap kosong.
Kami berusaha tinggal dalam suasana seakrab mungkin di Lo Ngin Buk. Pastor pastor juga dating secara teratur , karena mereka juga tidak bisa berbuat apa apa sebab kebanyakan orang sudah terpencar pencar tinggal di kebun kebun . Tidak ada orang yg mau bertemu dengan orang Jepang . Pertengahan Maret keluarlah perintah bahwa semua sekolah harus dibuka lagi dan kehidupan berjalan seperti biasa lagi. Maka bruder bruder kembali kerumahnya masing masing  dan mereka sungguh sungguh merasa gembira boleh bekerja kembali (54)

Pada 23 Maret pintu pintu sekolah terbuka kembali dan sekarang tinggal menunggu saja apa yg akan dating . Di Pangkal Pinang yg dating tidak lebih banyak daripada 30 orang murid  dan Sungailiat tidak kurang daripada itu. Kompleks misi di Pangkal Pinang terdiri atas rumah suster dan sekolah serta gereja , selanjutnya sekolah Bruder dengan rumah . Kompleks ini segera menarik perhatian Jepang dan dengan cepat pula kami mendengar kabar bahwa seluruh kompleks itu akan diduduki. (55)

Demi kepastian maka kami membawa inventaris gereja dan sekolah ke Lo Ngin Buk .Pada 9 April 1942 kami mendengar bahwa semua orang laki laki Eropa harus dikumpulkan di Muntok.  Malam itu juga datanglah direktur kantor pos , yg mengenal orang orang Jepang  dan dipergunakan oleh orang Jepang sebagai juru bahasa  24 jam sehari , memberitahukan kami bahwa besok pagi pada pukul 8 kami harus melaporkan diri kepada komandan Jepang , untuk sesudah itu diangkut   ke Palembang. (56)

Dari dalam gudang setiap orang mengambil masing masing satu koper kecil dan diisi dengan barang barang seperlunya. Semua barang yg perlu dan harus disimpan kami kumpulkan  untuk kemudian menyerahkan kepada Br.Angelus Manoppo , yg kemudian akan menyimpannya di Lo Ngin Buk , sebab dia bersama Pastor Bun tidak dipanggil . Uang yg ada didalam rumah dibagi bagikan dan setiap orang mendapatkan fl.30,- didalam sakunya . Keesok harinya berangkatlah kami semua bersama sama  : Br.Ludwinus , Laurentius , Olav , Richardus , Willbrordus , Getulius , Sabinus , Everdinus , Ethelbert , Monsinyur Bouma dan pastor pastor ke gudang Soos, tempat komandan itu berkantor . Kami tidak banyak membawa barang , mungkin hanya selama beberapa bulan . Orang orang yg optimis itu tidak mempunyai pengalaman tentang pemberitaan pemberitaan perang . Sepanjang jalan kami disalami banyak orang , yg memandang kami dengan rasa sedih  sambil menggeleng geleng kepala . Kami berusaha melihat mereka dengan pandangan segembira mungkin , untuk sedikit membesarkan hati mereka. (57)

Dikantor komandan itu setelah banyak dihitung hitung , dicatat dan diteriak teriak namanya , sesudah beberapa jam barulah dipandang pantas naik ke sebuah truk barang , yg akan membawa kami ke Muntok untuk kemudian dari sana pergi ke Palembang . (58)

Sangatlah mengherankan kami bahwa kami berhenti di muka penjara Pangkal Pinang dan diperintahkan supaya turun dari mobil itu dan pintu gerbang kediaman kami yg barupun terbuka…….


Tidak ada komentar: